Dasar Politik Ekspansi Raja Kertanegara dan Gajah Mada

 Raja Tarumanegara 

    Masa kekuasaan Kerajaan Singasari berlangsung antara 1222-1292 M. Pada awanya, kehidupan politik Kerajaan Singasari diwarnai banyak intrik istana yang berkaitan dengan pembunuhan anggota kerajaan, bahkan rajanya. Secara berturut-turut, penguasa Singasari adalah Ken Arok, Anusapati, Tohjaya, Ranggawuni (Wisnuwardana), dan Kertanegara. Pada masa kekuasaan Raja Kertanegara (1272-1292 M) inilah, Kerajaan Singasari berhasil mencapai masa kejayaan. Dalam bidang politik, Raja Kertanegara terkenal akan gagasan perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang meliputi daerah seluruh dwipantara atau Nusantara. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, berikut ini beberapa upaya politik luar negeri yang ditempuh Raja Kertanegara selama memerintah di Singasari.

    Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah diplomasi melalui operasi kewibawaan militer yang dilakukan Kerajaan Singhasari di bawah perintah Raja Kertanagara pada tahun 1275–1286 terhadap Kerajaan Melayu di Dharmasraya di Pulau Sumatra. Latar belakang pengiriman Ekspedisi Pamalayu adalah untuk membendung serbuan bangsa Mongol. Saat itu kekuasaan Kubilai Khan raja Mongol (atau Dinasti Yuan) sedang mengancam wilayah Asia Tenggara. Untuk itu, Kertanagara mencoba mendahuluinya dengan menguasai Sumatra sebelum datang serbuan dari pihak asing tersebut. Namun ada juga pendapat lain mengatakan bahwa tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk menggalang kekuatan di Nusantara di bawah satu komando Singhasari yang bertujuan untuk menahan kemungkinan serangan dari Mongol.


Gajah Mada

    Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Pada saat itu, ia didampingi oleh Patih Gajah Mada. Patih tersebut memiliki wewenang untuk menjalankan pemerintahan karena memiliki prestasi dalam bidang kemiliteran. Gajah Mada menerima jabatan sebagai patih ketika masa pemerintahan Tribuwanatunggadewi. Saat itu, ia mencetuskan sumpah yang terkenal sampai saat ini yaitu Sumpah Palapa.

    Setiap kerajaan pasti menginginkan agar kekuasaan wilayahnya menjadi luas. Hal ini sama halnya dengan kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk dengan bantuan Gajah Mada melakukan politik ekspansi untuk membentuk negara vasal. Selain itu, tujuan dari politik ekspansi ni adalah mendapatkan upeti dari komoditas produksi dari suatu daerah vasalnya.

    Bentuk dari politik ekspansi yang dilakukan oleh Gajah Mada adalah penyerangan lewat jalur laut dan darat serta melalui diplomasi. Strategi yang dilakukan oleh Gajah Mada pada akhirnya dapat mencapai sumpah yang telah ia ucapkan. Bahkan selain menyatukan wilayah nusantara dibawah pimpinan Majapahit, negara tetangga pun juga terjadi hubungan baik.


Perbedaan Sumpah Palapa dan dwipantara

    Sumpah Palapa adalah sumpah yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sedangkan Cakrawala Mandala Dwipantara adalah sebuah pemahaman politik yang dicetuskan oleh Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singasari yang berkuasa antara 1268-1292. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mempersatukan seluruh Nusantara.

    Perbedaan dari kedua hal tersebut sudah jelas, yaitu bahwa sumpah palapa merupakan sumpah yang diikrarkan Gajah Mada. Sementara dwipantara merupakan sebuah pemahaman politik oleh Raja Kertanegara. Namun persamaan yang dimiliki dua hal tersebut yakni tujuan yang dimiliki nya, yaitu ingin mempersatukan nusantara (Indonesia) menjadi satu wadah kepemimpinan, yang menyatukan perbedaan suku, budaya, dan bahasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hiroshima, Nagasaki, dan menyerahnya Jepang

Warisan Penjajahan Jepang yang Masih Hidup di Indonesia